Anak Agung Gde Agung Dinobatkan Sebagai Raja Mengwi, Bhiseka di Pura Taman Ayun Dihadiri Raja Nusantara

Kabar Mangupura – Tokoh adat dan mantan Bupati Badung dua periode, Anak Agung Gde Agung, akan resmi dinobatkan sebagai Raja Mengwi dengan menjalani upacara Mebhiseka Ida Cokorda Mengwi XIII pada Senin, 7 Juli 2025, di Pura Taman Ayun, Mengwi, Badung.
Upacara suci ini merupakan bentuk pengukuhan status spiritual dan budaya beliau sebagai Penglingsir Puri Ageng Mengwi, yang telah lama diminta oleh keluarga besar puri dan 38 desa adat dalam wadah Mangu Kerta Mandala.
Anak Agung Gde Agung, yang kini berusia 76 tahun, merupakan putra tunggal Ida Cokorda Mengwi XII dan Putri Raja Karangasem. Ia telah mengabdi di berbagai sektor—dari PNS, notaris, dua kali Bupati Badung (2005–2015), hingga anggota DPD RI (2019–2024). Kini, ia memilih fokus melanjutkan swadarma sebagai pemimpin adat dan spiritual.
Baca Juga : RERAINAN & ALA AYUNING DEWASA, SABTU (5/7/2025)
“Sebagai orang Puri, pengabdian saya kepada masyarakat dan leluhur tidak pernah berhenti. Kini waktunya saya lebih banyak ngayah secara sekala dan niskala,” ujar Agung Gde Agung saat ditemui di Puri Ageng Mengwi, Sabtu (5/7/2025).
Upacara Bhiseka Digelar di Situs Warisan Dunia UNESCO
Rangkaian upacara Bhiseka Ratu Ida Cokorda dimulai dengan pemasangan Destar Kebesaran di Merajan Puri Ageng Mengwi oleh Ida Bhagawanta, dan dilanjutkan dengan prosesi utama di Pura Taman Ayun, yang merupakan situs Warisan Dunia UNESCO sejak 2012.
Sebanyak 11 sulinggih (pendeta) akan terlibat dalam ritual ini. Saat prosesi Mejaya-Jaya, Agung Gde Agung dan istri akan menerima gelar suci dan nama spiritual, tongkat komando, serta lencana kehormatan. Sejak saat itu, mereka akan dikenal dengan gelar baru sebagai pemimpin tertinggi adat dan spiritual Puri Mengwi.
“Ini bukan hanya peristiwa pribadi atau keluarga, tapi bagian dari peristiwa budaya besar yang penting bagi Bali dan Indonesia,” kata Ketua Panitia, Wayan Subawa.
Dihadiri Raja-Raja Nusantara dan Tokoh Nasional
Upacara megah ini dipastikan akan dihadiri oleh raja-raja Nusantara, tokoh adat, dan kemungkinan besar pejabat nasional. Termasuk Sri Sultan Hamengkubuwana X.
Pengukuhan ini menjadi simbol penting dalam pelestarian budaya Bali. Khususnya peran puri sebagai pusat budaya dan spiritual di tengah tantangan zaman.